Melihat Dunia Lewat Lagu AURORA – “Through the Eyes of a Child”
Lalu, lagu “Through the Eyes of a Child” dari AURORA mulai mengisi ruang kamarku yang sunyi. Ia mengajakku melihat dari kacamata yang berbeda. I would rather see this world through the eyes of a child, through the eyes of a child.
MUSIK


Aku pernah membaca sepatah kalimat, "Katanya perjalanan terjauh itu adalah saat kamu kembali bertemu dengan dirimu sendiri".
Kita tumbuh dewasa, berjalan searah jarum jam - sekolah, kerja, kejar jabatan, bersiap pensiun, dan akhirnya menikmati hari tua yang tidak "nikmat" itu. Pernah enggak sesekali ingin rasanya tidak mau dewasa? Aku? Sering. Salah? Bagiku tidak. Bukan karena takut akan tanggung jawab, tapi apa benar kita semua harus punya cara pandang yang sama tentang kehidupan?
Lalu, lagu “Through the Eyes of a Child” dari AURORA mulai mengisi ruang kamarku yang sunyi. Ia mengajakku melihat dari kacamata yang berbeda.
I would rather see this world through the eyes of a child.
AURORA menyanyikan lagu itu dengan lembut, dengan suara khas yang mampu membawa kamu ke dimensi lain. Terasa rapuh, tapi kuat karena jujur. Ia mengajak aku untuk kembali menjadi anak kecil: melihat segala sesuatu dengan sederhana.
Waktu kecil, kita itu lugu. Menangis bila sedih, tidak berpura-pura tegar, karena setelah menangis perasaan itu akan membaik. Satu hal lagi yang luar biasa dari anak-anak adalah kehebatan mereka dalam memaafkan dan tidak ada kebisuan dalam hati mereka yang murni.
Lagu ini nggak menawarkan solusi. Tapi dia mempersilakan aku untuk diam, sebentar saja, dan melihat dunia bukan dari lensa orang dewasan yang harus bisa semuanya, tapi sebagai anak kecil yang masih bisa kagum pada hal-hal enteng.
Mungkin itu sebabnya lagu ini terasa seperti pulang. Bukan ke tempat, tapi ke versi diri yang dulu pernah ada — sebelum hidup jadi terlalu penuh tuntutan dan suara luar. Kadang perjalanan paling jujur bukan ke tempat baru, tapi ke dalam. Ke tempat di mana kita masih bisa menangis tanpa malu, tertawa tanpa alasan, dan percaya tanpa syarat.
Melalui lagu ini, aku belajar bahwa menjadi dewasa bukan berarti harus kehilangan semuanya. Kita hanya perlu berhenti sejenak, melepas kacamata yang rumit, dan melihat ulang dunia — dengan mata yang belum diwarnai takut dan penilaian. Mungkin, di situlah kita bisa benar-benar bertemu diri sendiri.